Lansia

Mencegah Luka Baring (Ulkus Dekubitus) pada Lansia: Panduan Praktis untuk Keluarga

Admin
A

Admin

Mencegah Luka Baring (Ulkus Dekubitus) pada Lansia: Panduan Praktis untuk Keluarga

Oleh: DR. dr. Nur Riviati, SpPD, K-Ger, FINASIM

Merawat orang tua atau anggota keluarga lansia adalah sebuah tindakan cinta yang mulia. Namun, ada satu kondisi serius yang sering kali luput dari perhatian, padahal sangat bisa dicegah: ulkus dekubitus, atau yang lebih dikenal sebagai luka baring.

Luka baring bukan sekadar luka biasa. Ini adalah kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya yang disebabkan oleh tekanan terus-menerus pada satu bagian tubuh, yang sering kali terjadi pada lansia dengan mobilitas terbatas. Kondisi ini tidak hanya menyakitkan, tetapi juga bisa memicu infeksi berbahaya dan menurunkan kualitas hidup secara drastis.  

Kabar baiknya? Berbagai penelitian dan pedoman klinis internasional sepakat bahwa hingga 95% kasus luka baring dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat. Artikel ini akan memandu Anda melalui empat pilar utama pencegahan yang dapat Anda terapkan di rumah, dengan bahasa yang mudah dipahami namun tetap berlandaskan bukti ilmiah.  

 

Pilar 1: Gerak Itu Penting (Ubah Posisi Secara Teratur)

Penyebab utama luka baring adalah tekanan yang tidak kunjung reda pada satu titik. Bayangkan selang air yang terinjak; air tidak bisa mengalir. Hal yang sama terjadi pada pembuluh darah kecil di kulit kita. Tekanan konstan menghambat aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi, sehingga jaringan kulit mulai mati.  

Kunci utamanya adalah mengubah posisi secara teratur.

  • Untuk yang Terbaring di Tempat Tidur: Jadikan "Aturan Dua Jam" sebagai pedoman. Usahakan untuk mengubah posisi orang yang Anda rawat setidaknya setiap dua jam sekali di siang hari. Pada malam hari, interval ini bisa sedikit lebih panjang (misalnya, setiap 3-4 jam) jika menggunakan kasur khusus, agar tidak terlalu mengganggu tidur.  
  • Untuk Pengguna Kursi Roda: Tekanan saat duduk bisa sangat tinggi. Anjurkan mereka untuk melakukan pergeseran berat badan kecil setiap 15-20 menit jika memungkinkan. Jika mereka tidak mampu, Anda perlu membantunya mengubah posisi setidaknya setiap satu jam sekali.  

Teknik Mengubah Posisi yang Aman: Cara Anda memindahkan sama pentingnya dengan frekuensinya.

  • Angkat, Jangan Seret: Menyeret tubuh di atas sprei dapat menyebabkan gesekan yang merusak lapisan kulit terluar. Selalu gunakan kain bantu (seperti perlak atau sprei kecil yang diletakkan di bawah punggung) untuk mengangkat dan menggeser tubuh dengan lembut.  
  • Gunakan Posisi Miring 30 Derajat: Saat memiringkan tubuh, hindari posisi miring 90 derajat (miring penuh ke samping) karena ini justru membebankan seluruh tekanan pada tulang panggul. Sebaliknya, gunakan kemiringan 30 derajat dengan menyangga punggung menggunakan bantal atau ganjalan busa. Posisi ini efektif membebaskan area tulang ekor dan panggul dari tekanan.  
  • Jaga Kepala Tempat Tidur Tetap Rendah: Jika kondisi medis memungkinkan, jaga posisi kepala tempat tidur tidak lebih dari 30 derajat. Posisi yang terlalu tinggi membuat tubuh cenderung melorot, menciptakan gaya geser yang merusak jaringan di area bokong.  

 

Pilar 2: Permukaan yang Tepat (Kasur dan Bantal Khusus)

Permukaan tempat tidur atau kursi memainkan peran krusial dalam menyebarkan tekanan tubuh.

  • Kasur Pereda Tekanan: Kasur biasa mungkin tidak cukup. Pertimbangkan untuk menggunakan kasur khusus pereda tekanan (pressure-relieving mattress) yang terbuat dari busa medis atau memiliki sel-sel udara yang dapat menyesuaikan tekanan. Kasur ini membantu mendistribusikan berat badan lebih merata.  
  • Bantal Kursi Roda: Bagi pengguna kursi roda, bantal duduk adalah sebuah keharusan. Ada berbagai jenis, seperti busa, gel, atau udara, yang masing-masing memiliki kelebihan. Bantal udara umumnya memberikan redistribusi tekanan terbaik, sementara busa dan gel menawarkan stabilitas yang lebih baik.  
  • Penting Diingat: Kasur dan bantal canggih adalah alat bantu, bukan pengganti. Mereka membantu memperpanjang interval aman antar perubahan posisi, tetapi tidak menghilangkan kebutuhan untuk tetap bergerak dan mengubah posisi secara teratur.  

 

Pilar 3: Perawatan Kulit yang Teliti

Kulit adalah benteng pertahanan pertama. Menjaganya tetap sehat adalah kunci pencegahan.

Periksa Kulit Setiap Hari: Jadikan ini sebagai rutinitas, misalnya saat mandi atau berganti pakaian. Perhatikan secara khusus area-area yang rawan tertekan seperti tulang ekor, tumit, panggul, siku, dan belakang kepala.  

Tanda-Tanda Peringatan Dini yang Harus Diwaspadai:

  • Perubahan Warna: Cari area kemerahan pada kulit terang, atau area yang tampak keunguan/kebiruan pada kulit gelap, yang tidak hilang atau memutih saat ditekan dengan jari. Ini adalah tanda paling awal dan paling penting.  
  • Perubahan Suhu: Area tersebut mungkin terasa lebih hangat atau lebih dingin saat disentuh dibandingkan kulit di sekitarnya.  
  • Perubahan Tekstur: Kulit bisa terasa lebih keras, kencang, atau justru lebih lunak (seperti spons basah).  
  • Keluhan Pasien: Dengarkan jika mereka mengeluh nyeri, gatal, atau sensasi terbakar di area tertentu.  

Jaga Kulit Tetap Bersih dan Lembap:

  • Gunakan sabun pembersih yang lembut dengan pH seimbang, bukan sabun batangan biasa yang bisa membuat kulit kering.  
  • Gunakan air hangat, bukan air panas. Keringkan kulit dengan cara menepuk-nepuk lembut, bukan menggosok.  
  • Oleskan pelembap secara teratur untuk menjaga elastisitas kulit.  
  • Jika terjadi inkontinensia (mengompol), segera bersihkan area tersebut dan gunakan krim pelindung (barrier cream) untuk melindungi kulit dari iritasi.  

 

Pilar 4: Nutrisi dan Cairan yang Cukup

Kulit yang kuat dibangun dari dalam. Nutrisi yang baik adalah fondasi untuk mencegah kerusakan jaringan.

  • Fokus pada Protein: Protein adalah "batu bata" untuk membangun dan memperbaiki jaringan kulit. Pastikan setiap makanan utama mengandung sumber protein yang baik, seperti telur, ikan, ayam, daging tanpa lemak, tahu, tempe, atau produk susu seperti yogurt dan keju.  
  • Vitamin dan Mineral Penting: Vitamin C (dari jeruk, stroberi, brokoli) dan Zink (dari daging merah, unggas, kacang-kacangan) sangat penting untuk kesehatan kulit dan penyembuhan luka.  
  • Cukupi Kebutuhan Cairan: Dehidrasi membuat kulit kering, rapuh, dan lebih rentan rusak. Pastikan orang yang Anda rawat minum cukup cairan sepanjang hari, terutama air putih.  
  • Tips untuk Nafsu Makan Rendah: Jika nafsu makan menurun, coba berikan makanan dalam porsi kecil tetapi lebih sering. Anda juga bisa "memperkaya" makanan, misalnya dengan menambahkan susu bubuk ke dalam sup atau keju parut ke dalam nasi tim.  

 

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Menemukan Tanda Peringatan?

Jika Anda melihat area kemerahan yang tidak hilang saat ditekan, jangan panik. Segera lakukan ini:

  1. Bebaskan Tekanan: Segera ubah posisi agar area tersebut tidak lagi tertekan. Gunakan bantal untuk menopang dan memastikan area itu "mengambang" bebas.
  2. Jangan Dipijat: Memijat area yang memerah justru dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan di bawahnya.  
  3. Hubungi Tenaga Kesehatan: Segera konsultasikan dengan dokter, perawat, atau petugas kesehatan. Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah luka menjadi lebih parah.

Merawat memang tidak mudah, tetapi dengan pengetahuan dan konsistensi, Anda dapat membuat perbedaan besar. Menerapkan empat pilar ini secara terpadu adalah cara terbaik untuk melindungi orang yang Anda cintai dari penderitaan akibat luka baring dan menjaga kualitas hidup mereka.

Lansia Ulkus dekubitus